11 Agu 2014

Keselarasan dalam IT-Bisnis (Alignment within IT-Business)

Keselarasan dalam IT-Bisnis (Alignment within IT-Business)
Mendefinisikan konsep strategi TI oleh organisasi, memahami pendekatan model keselarasan bisnis-TI, sekaligus mengukur model keselarasan yang digunakan sehingga sinergi bisnis dan TI menghasilkan nilai nyata bagi organisasi. Terdapat empat elemen keselarasan bisnis TI yaitu elemen domain, tahapan, pengidentifikasian, dimensi temporal. Elemen domain keterlibatan menunjukkan domain-domain yang akan dilibatkan dalam proses penyelarasan, domain tersebut antara lain : strategi bisnis, infrastruktur dan proses organisasional, strategi TI, dan infrastruktur dan proses TI. Elemen tahapan penyelarasan menggambarkan tahapan dan arah keselarasan antardomain yang terlibat. Elemen pengidentifikasi lingkungan meliputi tindakan pencarian informasi tentang peristiwa dan hubungannya dengan lingkungan eksternal. Hasil identifikasi ini akan membantu para eksekutif dalam merencakan tindakan perusahaan di masa depan. Elemen dimensi temporal menunjukkan kesiapan infrastruktur TI dalam proses evolusi lingkungan eksternal dan perubahan strategi organisasi.
Diidentifikasi sebagai sumber daya organisasi yang penting, memfasilitasi fleksibilitas IT dan fleksibilitas bisnis. Strategic alignment menekankan otoritas pada IT governance yang baik dan memastikan IT memberikan kontribusi secara efektif terhadap pencapaian tujuan strategis organisasi. Organisasi harus membangun keselarasan dalam proses IT governance, yang disusun dengan baik menjadi tujuan kelembagaan, dan dapat diartikulasikan. Tujuannya adalah menyediakan kerangka tujuan strategi IT, melakukan pengukuran dan penilaian tahunan, dan menguji keselarasannya. Strategic alignment yang efektif dapat dicapai jika IT governance organisasi dilaksanakan, dikembangkan/dibangun secara modern dengan memperhatikan aspek eksternal, melibatkan pihak eksternal, para stakeholder, direksi, komisaris, dan pihak yang tidak berlatar belakang IT. Strategic alignment dapat disusun secara holistik (utuh), mencakup seluruh proses bisnis, dan alignment dengan semua komponen dalam organisasi. Strategic alignment yang baik dimulai dari sistem perencanaan dan pengendalian, dan mengacu pada konsistensi aktivitas internal dalam menerapkan dan membedakan komponen strategic aligment. Bertujuan untuk mengatasi jurang kesenjangan yang besar antara tujuan organisasi dan pemahaman penyedia/pengelola layanan IT. Berperan dalam hal penetapan strategis yang tepat, penyelarasan, dan keselarasan organsasi dan sumber daya manusia. Strategic IT-business alignment harus dirancang dengan melibatkan semua stakeholder, dituangkan dalam bentuk dokumen berkekuatan hukum (disahkan oleh pihak yang berwenang), bersifat mengikat, dan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak yang terlibat.
            Kesuksesan bisnis tergantung pada harmoni dari strategi bisnis, strategi teknologi informasi, infrastruktur dan proses organisasi, dan pembangunan infrastruktur serta proses. Pertama, adalah pemilihan suatu pendekatan untuk mengenali dan menghasilkan arah strategi dan rencana dengan perspektif yang sering berbeda. Tim eksekutif harus memastikan bahwa telah dipilih/terpilih. Kedua, proses manajemen strategis harus dipandang sebagai dinamis dan berlanjut. Kompleksitas dapat dijabarkan dengan kerangka keselarasan yang menyarankan suatu kebutuhan untuk memfokuskan pada satu pilihan, satu perspektif untuk satu proses perencanaan. Ketiga, eksekutif harus secara teratur meninjau kembali proses perencanaan mereka. Proses perencanaan merefleksikan apakah suatu perusahaan telah melakukan apa yang harus dilakukan. Perubahan perspektif memerlukan penerapan baru pendekatan, mengembangkan konsep baru. Proses perencanaan harus secara kontinyu dilaksanakan untuk memastikan keselarasan yang efektif dari waktu ke waktu, pncapaian awal strategi  bisnis, dan infrastruktur serta proses .

http://prezi.com/p5d-ivvxsz2i/strategic-alignment-model-13102013/
http://bahankuliahonline.files.wordpress.com/2012/01/07-proses-penyelarasan-bisnis-dan-teknologi-informasi.pdf

PERBEDAAN US GAAP & IFRS

PERBEDAAN US GAAP & IFRS

Level 1: Tujuan Laporan Keuangan:
US GAAP
IFRS
·         Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit.

·         Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagisejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
·         Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan perusahaan
·         Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.


·         Menyediakan informasi tentang sumber dayaekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan terhadap keduanya.

Level 2: Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
US GAAP
IFRS
Relevan – terdiri dari: 
·         Nilai prediksi – membantu pengguna memprediksi hasil dari kejadian masa lalu, saat ini dan masa depan.
·         Nilai umpan balik – membantu pengguna mengkonfirmasi dan membetulkan nilai prediksi sebelumnya.
·         Tepat waktu – tersedia sebelum kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan
Relevan – terdiri dari: 
·         Nilai prediksi
·         Nilai konfirmasi
·         Materialitas

Dapat dipercaya – terdiri dari: 
·         Disajikan dengan jujur
·         Netral
·         Dapat diferivikasi

Dapat dipercaya – terdiri dari: 
·         Disajikan dengan jujur
·         Netral
·         Substansi mengungguli bentuk
·         Kehati-hatian (dimana ada ketidakpastian, kesalahan dalam menyediakn informasi dan menjamin adanya konservatisme.
·         Kelengkapan
Dapat dibandingkan
Dapat dibandingkan
Konsisten


1.      
1:31 AM
fahruhandia.wordpress.com
2.      
1:30 AM
www.google.com
3.      
1:30 AM
www.google.com
4.      
1:28 AM
www.google.com
5.      
1:24 AM
www.google.com
6.      
1:23 AM
www.coursehero.com
7.      
1:23 AM
stefanusariyanto.wordpress.com
8.      
1:22 AM
www.google.com
9.      
1:22 AM
www.google.com
10.   
1:22 AM
www.google.com
11.   
1:20 AM
www.google.com
12.     
13.   
12:48 AM
www.google.com
14.   
12:46 AM
www.slideshare.net
15.   
12:45 AM
akuntanmaniak.blogspot.com
16.   
12:45 AM
indypuspita.blogspot.com


Change Management

Change Management

BAB I
PENDAHULUAN
            Teknologi yang terdapat dalam sistem informasi memiliki manfaat yang sangat besar untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan. Manfaat dari teknologi informasi tersebut adalah membantu perusahaan beroperasi dengan efisien, efektif dan kompetitif. Namun pada saat yang sama di mana teknologi dapat  memberikan manfaat yang positif bagi perusahaan, teknologi didalam sistem informasi juga dapat menyebabkan permasalahan etika dan politik di perusahaan. Timbulnya permasalahan etika disebabkan oleh kegiatan yang bersifat legal atau belum diatur di dalam peraturan hukum yang berlaku. Sedangkan timbulnya permasalahan hukum disebabkan oleh permasalahan yang bersifat tidak legal.
Adanya politik informasi dalam sebuah perusahaan dapat menyebabkan kegagalan bagi perusahaan yang menerapkan sistem informasi, yang di mana ketika informasi tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan dalam perusahaan tersebut maka politik informasi akan muncul di dalamnya. Markus (1981) mengatakan bahwa suatu sistem informasi yang merubah distribusi kekuasaan dan kekuatan di dalam organisasi akan ditolak oleh mereka yang akan kehilangan kekuasaan atau kekuatannya. Untuk dapat mengatasi penolakan atas perubahan tersebut maka orang-orang yang menolak penerapan sistem informasi yang baru perlu diidentifikasikan.Ada tiga teori untuk mengetahui penyebab adanya penolakan perubahan dan cara mengatasinya terhadap penerapan sistem informasi yang baru antara lain teori orientasi sitem, teori orientasi manusia, dan teori interaksi.
Terdapat juga model adopsi perubahan. Model adopsi ini akan memberikan cara-cara untuk mengatasi perubahan antara lain Lewin Schein Model dan Inovation Adoption Model yang di mana manajemen perubahan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi, perubahan ini dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut. Tujuan dan manfaat dari manajemen perubahan tersebut adalah manajemen perubahan bermanfaat bagi kelangsungan hidup perusahaan, tanpa adanya perubahan maka dapat dipastikan perusahaan tidak akan bertahan lama. Tujuan dilaksanakannya manajemen perubahan tersebut adalah agar perusahaan dapat menjadi lebih dinamis dalam mengelola usahanya.
 Pada kesempatan kali ini kami hanya akan membahas model Lewin Schein dalam proses perubahan manajemen yang di mana pada model ini terdapat tiga tahap model perubahan manajemen yaitu unfreezing, changing dan refreezing serta contoh perusahaan yang menerapkan perubahan manajemen tersebut.
  
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor-faktor Pendorong Perubahan
            Perubahan selalu dibutuhkan pada setiap organisasi, perubahan merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari dari kehidupan karena perubahan merupakan suatu reaksi  terhadap lingkungan pada suatu organisasi. Faktor pendorong dari suatu perubahan dapat dipengaruhi dari faktor internal maupun faktor eksternal.
Lingkungan internal mempengaruhi organisasi terhadap cara organisasi melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Lingkungan eksternal mempengaruhi organisasi terhadap kemampuan organisasi untuk memperoleh sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi dan memasarkan berbagai produk.
Faktor internal organisasi yang mempengaruhi terdiri dari faktor sasaran organisasi, strategi dan kebijakan, karyawan dan teknologi baru yang terserap ke dalam organisasi. Faktor eksternal organisasi terdiri dari faktor ekonomi, teknologi, sosial, budaya dan politik.

Perubahan organisasi yang dipengaruhi faktor internal bisa dalam bentuk mengganti tujuan atau sasaran dari pertumbuhan jangka panjang menjadi pencapaian laba jangka pendek yang akan mempengaruhi perubahan tujuan jangka pendek departemen lain. Jika manajer puncak memilih strategi pertumbuhan cepat, maka tindakan-tindakan internal harus dirubah untuk meraih sasaran tersebut, seperti dilakukan pengenalan proses produksi dengan teknologi baru yang akan mempengaruhi sistem kerja. Perubahan kebijakan dan prosedur personalia yang akan mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Permintaan-permintaa dari karyawan, serikat pekerja dan produksi yang tidak efisien juga dapat memunculkan kebutuhan akan pembaharuan.
Kekuatan eksternal organisasi yang mendorong perubahan seperti kenaikan biaya dan kelangkaan sumber daya, tingkat persaingan, perubahan pasar konsumen dan pasar tenaga kerja, perubahan sistem ekonomi dan tingkat suku bunga. Sugito.Pengaruh Manajemen Perubahan Terhadap kemajuan Perusahaan.Medan. Jurnal Market
Permasalahan dalam Perubahan
Dalam melakukan perubahan, ada banyak permasalahan yang timbul. Beberapa diantaranya adalah:
1. Resistensi Individual
Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan.
2. Kebiasaan .
Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang sepanjang hidup. Kebiasaan yang dilakukan setiap hari akan membentuk satu pola kehidupan sehari-hari. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri, yaitu penolakan.
3. Rasa aman
Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar.

 4. Faktor ekonomi

Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah soal menurunnya pendapatan. Contohnya, mengubah cara kerja padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak aman bagi para pegawai.

5. Takut akan sesuatu yang tidak diketahui

Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidak pastian dan keragu-raguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.

6. Persepsi

Persepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini mempengaruhi sikap.
Taktik Mengatasi Penolakan Atas Perubahan
Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan[1]
  1. Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
  2. Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan
  3. Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.
  4. Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka
  5. Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
  6. Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan.

Model Perubahan menurut Lewin/ Schein
Model Lewin/Schein

1. Unfreezing stage
            Pada tahap ini individu yang dipengaruhi oleh suatu perubahan system akan cenderung menentang perubahan. Untuk memotivasi mereka agar mau berubah, diperlukan suatu lingkungan kerja yang mendukung atau “safe to change work environment”. Karena, individu yang terlibat dalam perubahan harus yakin bahwa dengan perubahan yang baru akan meningkatkan kinerja dibandingkan cara yang lama.

2. Moving Stage
            Pada tahap perubahan diperlukan transfer pengetahuan dan pelatihan. Perubahan belum bisa terwujud apabila pengetahuan dan keahlian yang diperlukan belum  terpenuhi. Informasi terkait perubahan dalam  pekerjaan  juga perlu diasimilasikan dan waktu yang cukup perlu dialokasikan untuk karyawan mempelajari keahlian dan perilaku yang baru.
3. Refreezing stage
            Pada tahap ini jika kondisi yang diinginkan telah tercapai, stabilkan melalui aturan-aturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru lainnya. Jika berhasil maka jumlah penentang akan sangat berkurang, sedangkan jumlah pendudung makin bertambah.
Contoh Penerapan Change Management
Proses change management yang dilakukan oleh Holcim, dengan langkah awal mereka mengomunikasikan ke karyawan mengenai perubahan yang akan terjadi, tidak sekedar perubahan dasar, tapi lebih pada kebutuhan akan perubahan. Di sini, karyawan harus dilibatkan agar dapat memahami mengapa perusahaan harus berubah. Dalam  menjalankan change management memang tidaklah mudah. Meski ada nilai baru, bukan berarti mengubah total budaya yang ada. Terlalu berharga jika nilai-nilai yang baik dibuang total.  Ambil contoh, keinginan untuk berbagi dan belajar, semangat kerja, hubungan baik dengan serikat pekerja, dan hubungan dengan komunitas, merupakan budaya yang sudah ada sebelumnya.
Perubahan ini bertujuan menjadikan Holcim Indonesia perusahaan bertaraf global. Karena itu tiap karyawan berpartisipasi dalam program perubahan ini. Selain itu, ada rasa saling pengertian dalam menjalaninya.Holcim memaparkan. Dalam setiap perubahan kendala terbesar terletak pada manusianya. Namun, Holcim tidak menganggapnya sebagai halangan besar. Pihaknya selalu mendorong para karyawan untuk merasakan perubahan sebagai bagian yang harus dihadapi menuju yang lebih baik.
Holcim menyadari sistem yang baik saja tidak cukup. Holcim beranggapan harus melakukan perubahan perilaku. Di dalam perjalanan mengarahkan karyawan melakukan perubahan, Holcim sering menghadapi berbagai pertanyaan karyawan. Umpamanya, “Kalau dengan cara lama kami bisa berjalan, mengapa harus berubah?” Pertanyaan itu kerap muncul, mengingat mereka sudah menjalankan budaya kerja sebelumnya selama puluhan tahun.Holcim berusaha untuk tidak menyangkal budaya yang sudah ada, namun lebih menunjukkan apa yang akan didapat jika perubahan tersebut dilakukan.Sebagai contoh, penerapan metode safety, setelah dijelaskan ternyata sistem kerja yang ditawarkan Holcim lebih menjaga keselamatan kerja karyawan dibanding sebelumnya.
Holcim juga menjelaskan perubahan akan berjalan jika 80% waktu digunakan untuk mendengarkan, sisanya untuk komunikasi yang baik dengan karyawan atau konsultan. Pada dasarnya, ada beberapa nilai (value) yang ingin ditularkan kepada seluruh karyawan, yaitu aksesabilitas, integritas, transparansi dan kebebasan memilih (freedom of choice). Saat ini Holcim Indonesia hanya memiliki satu produk, yaitu Semen Serba Guna. Diakuinya, perubahan nama akan berpengaruh pada pasar. Untuk itu, pihaknya menjalankan beberapa langkah, misalnya lebih memperhatikan kualitas produk, harga, jaringan distribusi, dan lain-lain. Holcim percaya jika pihaknya bisa men-deliver ke konsumen dengan baik, pasar akan percaya pada produknya. Maka memahami keinginan konsumen bisa dikatakan kunci bagi Holcim dalam memenangi pasar Indonesia.
Sementara itu, perubahan dalam jaringan distribusi tidak banyak dilakukan. Saat ini Holcim memiliki 45 distributor besar yang sudah menjadi mitra bisnis Semen Cibinong sejak dulu. Tentang perubahan perusahaan berawak 3.300 orang ini juga dikomunikasikan kepada para distributor. Dengan melakukan pelatihan Ecosym ataueconomic symulation, yakni bagaimana menjalankan bisnis dengan baik. Dengan cara ini, Holcim merasa mendapat kepercayaan yang baik dari para distributor. Pelatihan serupa juga diberikan kepada karyawan. Hanya topiknya yang berbeda, yaitu mengelola keuangan yang baik.
Kelompok kami beranggapan kunci keberhasilan perubahan di Holcim adalah komitmen. Komitmen untuk menjalankan sistem, pola dan proses kerja baru diharapkan dapat lebih baik dibanding sebelumnya. penerapan sistem dan proses kerja, relatif dapat segera dilaksanakan. Akan tetapi, perubahan mindset karyawan atas sistem dan pola kerja yang baru akan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Layaknya perubahan organisasi, diperlukan komitmen dan kepemimpinan yang kuat untuk membantu organisasi berubah — dari budaya kerja yang satu ke yang lain.Di samping itu, yang umumnya menjadi tantangan dalam setiap proses perubahan adalah faktor manusianya. Biasanya akan ada resistensi, ketidakpastian, dan kekhawatiran dari karyawan mengenai perubahan yang dilakukan. Sehingga komunikasi manajemen-karyawan yang terjalin erat diiringi komitmen untuk menjalankannya, akan membantu organisasi menjalani proses perubahan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA
Edgar H. Schein.Models and Toolsfor Stability and Changein Human Systems.,2002
Kurt Lewin's. Change Theory in the Field and in the Classroom: Notes Toward a Model of Managed Learning1
Sugito.Pengaruh Manajemen Perubahan Terhadap kemajuan Perusahaan.Medan. Jurnal Market
http://docsfiles.com/view.php?view=http://wps.pearsoncustom.com/wps/media/objects/6995/7163451/MGT320_Ch02.pdf&keyword=lewin%20schein%20change%20theory&count=
http://www.slideshare.net/batoksay/manajemen-perubahan-17440434
http://www.scribd.com/doc/57064675/15/I-Dimensi-Manusia-dalam-Perubahan
swa.co.id/listed-articles/change-management-ala-holcim-Indonesia




 

SECRET !!!! Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea