11 Agu 2014

APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BISNIS

         
APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BISNIS
 Reengineering Proses Bisnis: Sistem Dasar dan Enterprise Resource Planning (ERP)


REENGINEERING PROSES BISNIS
            Design ulang proses bisnis merupakan salah satu strategi bisnis manajemen. Awal tahun 1990-an banyak konsultan perusahaan telah mengembangkan keahlian yang kemudian disebut sebagai proses bisnis reengineering; desain ulang bisnis radikal yang berusaha untuk mencapai peningkatan dramatis dalam proses bisnis dengan mempertanyakan asumsi, atau aturan bisnis, yang mendasari struktur organisasi dan prosedur.
            Hammer (1990) menganjurkan penggunaan prinsip-prinsip kunci untuk mendesign ulang proses bisnis :
1.      Mendesign proses bisnis melalui hasil bukan tugas.
2.      Menetapkan penggunaan output untuk melakukan proses.
3.      Mengintegrasikan proses informasi ke dalam pekerjaan yang menghasilkan informasi.
4.      Menciptakan perusahaan virtual dengan memperlakukan sumber daya didistribusikan secara geografis seperti seolah-olah mereka tersentralisasi.
5.      Menghubungkan kegiatan pararel, bukan mengintegrasikan hasil mereka.
6.  Memiliki orang-orang yang melakukan pekerjaan membuat semua keputusan dan membiarkan kontrol dibangun ke dalam sistem pemantau



SISTEM DASAR
Istilah system dapat digunakan untuk mengacu pada sistem informasi dengan hardware, software, dan komponen telekomunikasi atau merujuk pada sesuatu yang lebih luas daripada sistem informasi. Sebagai contoh, perspektif sistem membantu kita untuk memahami hubungan yang kompleks antara unit bisnis dan berbagai tipe kejadian yang berbeda dalam suatu organisasi, sehingga ketika kita mengubah satu aspek bisnis kita dapat mengantisipasi dampaknya terhadap bisnis tersebut. Kemampuan untuk mengelola sistem organisasi sebagai proses yang saling berhubungan sangat penting untuk kesuksesan lingkungan bisnis yang berubah sangat cepat sekarang ini.
            Manager dituntut untuk memainkan peran utama dalam tim proyek sistem bersama dengan sistem informasi internal (Internal Information System) dan atau vendor luar dan konsultan, dan salah satu peran utama mereka adalah membantu menyediakan perspektif sistem dalam bisnis. Bisnis dan manager teknologi harus bekerjasama untuk menentukan lingkup yang paling tepat untuk proyek sistem dalam memenuhi kebutuhan bisnis serta persyaratan bisnis untuk pengembalian keuangan investasi teknologi informasi.
            Tujuh elemen sistem umum secara singkat dibagi sebagai berikut :
1.      Batas (Boundary), penggambaran unsur-unsur (seperti komponen dan penyimpanan) yang berada dalam sistem yang dianalisis dan yang berada di luar; diasumsikan unsur yang berada di dalam lebih mudah diubah dan dikendalikan daripada yang berada di luar.
2.      Lingkungan (Environment), segala sesuatu yang berada di luar; lingkungan memberikan asumsi, kendala, dan input ke dalam sistem.
3.      Masukan (Input), sumber-sumber (seperti data, bahan, pasokan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi dalam sistem.
4.      Keluaran (Output), sumber-sumber atau produk (informasi, laporan, dokumen, layar, bahan-bahan) yang memberikan kepada lingkungan melalui aktivitas-aktivitas dalam sistem.
5.      Komponen-komponen (Components), aktivitas-aktivitas atau proses dalam sistem yang mengubah masukan ke dalam bentuk peralihan atau yang menghasilkan sistem output; komponen juga dianggap sebagai sistem bagi mereka sendiri, dalam hal ini disebut sebagai subsistem atau modul.
6.      Pertemuan (Interface), tempat dimana dua komponen atau sistem dan lingkungannya dipertemukan atau diperhadapkan, sistem seringkali membutuhkan sub komponen khusus pada interface untuk menyaring, menterjemahkan, menyimpan, dan mengkoreksi apapun alurnya melalui interface.
7.      Penyimpanan (Storage), daerah cakupan digunakan sebagai tempat penyimpanan informasi sementara dan permanen, energi, material, dan sebagainya; penyimpanan menyediakan penyangga antara komponen sistem yang memungkinkan mereka untuk bekerja pada tingkat atau waktu yang berbeda dan memungkinkan komponen yang berbeda untuk membagi sumber data yang sama.


ORGANISASI SEBAGAI SISTEM
            Beberapa rerangka yang berguna ada untuk merumuskan bagaimana sistem informasi masuk ke dalam sistem organisasi. Komponen-komponen yang ada dalam organisasi harus bekerja dengan memperhatikan keseluruhan organisasi untuk menjadi efektif: orang-orang, teknologi informasi, proses bisnis, dan struktur organisasi. Jika ada perubahan TI yang dibuat dalam organisasi-seperti pengenalan aplikasi software baru-maka perubahan ini mungkin akan mempengaruhi tiga komponen yang lain. Setiap kita merubah satu atau lebih karakteristik dari keempat komponen tersebut, kita harus mempertimbangkan kompensasi perubahan lainnya.

PROSES DAN TEKNIK UNTUK MENGEMBANGKAN SISTEM NFORMASI
            Tiga fase umum model siklus hidup pengembangan sistem: Definisi, Konstruksi, dan Implementasi. Melalui berbagai pengembangan tersebut, beberapa dengan fase yang lebih baik, tiga fase ini menangkap pentingnya sistem informasi dan partisipasi manajer bisnis.
            Dalam fase Definsi, pengguna akhir dan analisis sistem melakukan analisis multistep dari bisnis yang ada dan sistem informasi atau sistem dalam area yang menjadi fokus. Fase ini adalah usaha cooperative antara bisnis dan profesional sistem. Melakukan fase ini dengan benar dapat memiliki dampak signifikan pada penggunaan kompetitif teknologi informasi.
            Fase Konstruksi memerlukan perancangan, pembangunan, dan uji coba sistem yang memenuhi persyaratan yang dikembangkan dalam fase Definsi. Para pengguna memainkan peran utama dalam penerimaan uji coba untuk memverifikasi persyaratan sistem bisnis yang telah mereka penuhi.
            Dalam fase Implementasi, manager bisnis dan profesional internal sistem bekerjasama untuk menginstal sistem baru, yang melibatkan konversi data dan prosedur dari sistem lama. Fase ini melibatkan training staff dalam prosedur baru dan software seperti operasi dan pemeliharaan berkelanjutan sistem.
            Bagian peralatan yang telah muncul pada kebutuhan sistem dokumen dan persyaratan, fitur fungsional dan ketergantungan, dan keputusan design. Disebut sebagai teknik struktur, teknik-teknik tersebut ada untuk semua fase proses  pengembangan sistem dan banyak variasi telah muncul. Teknik-teknik tersebut membuat persyaratan sistem dan design jelas, tepat, dan konsisten pada semua bagian yang terlibat dalam sistem. Sebagai tambahan, teknik-teknik dapat diwujudkan dalam pendekatan yang disebut sebagai metodologi pengembangan sistem. Sebuah metodologi adalah rerangka yang berisi pedoman, proses, peralatan, dan teknik untuk mengelola aplikasi pengetahuan dan ketrampilan untuk mengatasi semua bagian dari isu bisnis.
            Pendekatan utama yang muncul untuk membangun sistem adalah:
1.   Orientasi Prosedural; secara historis yang paling umum, karena mereka tepat mewakili sebagian besar kegiatan usaha. Sistem ini meliputi orientasi data secara urut, aktivitas berorientasi proses.
2.   Orientasi Objek; relatif baru bagi pengembangan sistem yang sering kali digunakan pada prototyping-seperti metodologi.

PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI UNTUK MEMINIMUNKAN RESIKO
            Secara umum sistem pengamanan resiko meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.      Resiko dari tindakan kriminal
2.      Resiko karena perubahan staff  dan kekurangan proyek manajemen
3.      Resiko dari bencana alam
            Semua resiko tersebut tidak hanya memiliki potensi mengecewakan pelanggan tetapi juga menjadi biaya bisnis untuk perbaikan kesalahan. Di sana juga ada resiko potensi kehilangan yang diakibatkan karena perkara hukum dan pemberitaan negatif, yang seringkali vendor terbesar di dunia tidak menginginkannya.
            Mekanisme pengendalian meliputi kebijakan manajemen, prosedur operasi, dan fungsi audit. Beberapa aspek pengendalian dapat dibangun menjadi sistem informasi itu sendiri, mengingat hasil praktik bisnis sehari-hari dan keputusan manajemen. Pengendalian sistem informasi, sebagai contoh, diperlukan untuk memelihara integritas data, memungkinkan akses hanya orang yang berotorisasi, mendorong operasi sistem yang cocok, dan melindungi kesalahan fungsi, dan bencana. Melalui proses pengembangan, keperluan pengendalian khusus dan mekanisme pengendalian dikembangkan melalui kebutuhan tersebut. Beberapa mekanisme dimplemantasikan selama perancangan sistem, coding, atau implementasi. Bagian lain operasi rutin sistem, seperti backup dan pengendalian otorisasi dan masih banyak lagi yang lainnya melibatkan penggunaan praktik bisnis manual dan kebijakan manajemen, seperti sistem audit formal.
            Pengendalian pengamanan berhubungan dengan infrastruktur teknologi-seperti backup supply energi, pengendalian akses jaringan dan proteksi kebakaran. Beberapa teknologi baru, seperti peralatan software untuk uji sistem, telah meningkatkan proses pengendalian organisasi, dimana teknologi baru lain (seperti aplikasi web) telah memperkenalkan resiko pengendalian baru.

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP)
ERP banyak menjadi impian banyak perusahaan, bila sebuah perusahaan seluruh departemennya terkomputerisasi, terkoneksi dan saling terintegrasi. Dari mulai top-level manajemen, sebut saja sang Direktur akan mudah memantau hasil dari seluruh aktifitas perusahaan cukup dari notebook atau gadget-nya. Para staff ahli di midlevel manajemen, juga dengan mudah menganalisa data untuk membuat rencana yang lebih akurat. Sebagai contoh : ada sebuah perusahaan manufaktur dengan produk sabun yang beraneka ragam, misalnya sabun mandi, shampoo, sabun cuci baju, sabun pembersih piring, sabun pembersih lantai, dan sebagainya. Jika sistem ERP berhasil dibangun, maka perusahaan akan dapat mencapai keuntungan strategis dan maksimal. Untuk membangunnya, bisa dimulai dari subsistem yang kecil. Bisa saja ini dimulai dari integrasi sistem informasi pada departemen Sumber Daya Manusia, kemudian departemen Keuangan, Akuntansi dan akhirnya merambat ke seluruh departemen. Langkah berikutnya, memulai mengintegrasikan seluruh sub-sistem tersebut dan jadilah sebuah sistem informasi besar (Enterprise). Sistem Informasi Enterprise ini, mempunyai istilah resmi yang disebut dengan Sistem ERP (Enterprise Resource Planning). Dalam bahasa Indonesia, biasa diterjemahkan menjadi Sistem Perencanaan Sumber Daya Perusahaan.
(ERP) merupakan suatu metode mengatur seluruh proses bisnis yang ada dalam suatu perusahaan dengan suatu arsitektur perangkat lunak yang berjalan dalam waktu nyata, baik itu menyangkut otomasi back-end office system, front-end office system, maupun dalam hal peningkatan efisiensi, kualitas dan produktifitas serta keuntungan (Turbanet. al, John Wiley & Sons, Inc. 2004).

INTEGRASI ANTARA ERP, SCM, DAN CRM
ERP terfokus pada Back Office, jadi sistem ini tidak melibatkan publik, pelanggan maupun supplier. Urusan pelanggan dikelola oleh sistem CRM dan urusan supplier dikelola oleh sistem SCM. Sesuai dengan fungsi bisnis (Financial, Accounting, Human Resource, Sales, dan Marketing, Manufactur/Operational), ERP harus dapat mendukung seluruh aktifitas mereka. Terdapat beberapa subset dari enterprise sistem yaitu; Bussiness Intelegence (BI), Supply Chain Management (SCM), Enterprise Reource Planing (ERP) dan Customer Relationship Management (CRM).

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)
Manajemen Rantai Supply adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai supply bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.  Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198)
            Menurut Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu:
1.      Rantai Supply Hulu/Upstream Supply Chain. Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2.      Manajemen Internal Supply Rantai/Internal Supply Chain Management. Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai supply internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3.      Segmen Rantai Supply  Hilir/Downstream Supply Chain Segment. Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.

Permasalahan Manajemen Supply Rantai
            Manajemen suplai rantai harus memasukan problem dibawah:
1.      Distribusi Konfigurasi Jaringan: jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi ( Distribution Centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
2.      Strategi Distribusi: sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
3.      Informasi: sistem terintregasi dan proses melalui rantai supply untuk membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dan sebagainya.
4.      Manajemen Inventaris: kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.
5.      Aliran dana: mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati entitas di dalam rantai supply.
            Eksekusi rantai supply ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi, dan dana di antara rantai supply tersebut. Alurnya sendiri dua arah.

Aktivitas/Fungsi
Manajemen Rantai Supply ialah pendekatan antar fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan material mentah ke dalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai supply menuju ke pembuatan konsep rantai supply. Tujuan dari manajemen rantai supply ialah meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi di antara rekanan rantai supply, dan meningkatkan inventaris dan meningkatkan percepatan persediaan.

Customer Relationship Management (CRM)
Customer Relationship Management (CRM) merupakan salah satu subset dari Enterprise System yang mengelola hubungan antara perusahaan dan pelanggan. Tujuan penerapan CRM dalam perusahaan adalah menjalin hubungan lebih dekat dengan pelanggan secara efektif dan efisien. Dengan adanya CRM pada perusahaan diharapkan dapat meminimalkan biaya pengeluaran dan timbal balik dari pelanggan dapat dijadikan bahan evaluasi produk serta meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap penentuan model Bussiness Intelegence (BI), Supply Chain Management (SCM) dan Enterprise Resource Planing (ERP) yang diterapkan.
Terdapat beberapa elemen fungsi pendukung yang berpengaruh dalam CRM yaitu Sales Force Automation (SFA), marketing dan customer service. SFA dalam sistem CRM dapat membuat penjualan lebih fokus dan produktif dalam menggali potensi pelanggan terhadap penjualan produk. Fungsi SFA menyediakan data prospek penjualan, informasi kontak pelanggan dan informasi produk. Semua informasi tersebut terintegrasi sehingga memudahkan dalam presentasi secara personal kepada pelanggan. Sistem CRM memudahkan dalam analisis yang didapat dari  data-data pelanggan sehingga mengoptimalkan model sistem untuk keperluan pemasaran. Terdapat beberapa model pemasaran diantaranya Cross-selling, Up-selling dan bundling. Cross-selling yaitu model pemasaran yang lebih mengacu pada produk pelengkap untuk pelanggan. Up-selling yaitu pemasaran produk-produk bernilai tinggi atau layanan kepada pelanggan baru atau yang sudah ada. Bundling adalah metode penggabungan beberapa produk yang berhubungan dengan produk utama yang dibutuhkan oleh pelanggan.
Fungsi customer service pada sistem CRM yaitu menyediakan informasi dan tools untuk membuat call center, help desk dan staff pelayanan pelanggan menjadi lebih efisien. Salah satu tools yang paling penting dalam pelayanan pelanggan adalah call center yang merupakan hubungan langsung antara perusahaan dengan pelanggan. Selain itu E-mail dan sistem respon otomatis sangat membantu dalam menjawab pertanyaan dari pelanggan, contohnya untuk konfirmasi pembelian produk. Dengan penerapan sistem Frequently Asked Questions (FAQs) menyediakan informasi berupa jawaban mengenai pertanyaan yang sering ditanyakan oleh para pelanggan serta mengurangi tingkat interaksi secara langsung.
Referensi :
Rainer,R.K., Turban, E.,and Potter, R.E., 2007. Introduction to Information System ; Supporting and Transforming Business. John Willey & Sons,inc. Hoboken, USA.

ERP: Fungsi Bisnis
Perlu kita sadari bahwa sistem ERP tidak akan memperbaiki fungsi organisasi dalam waktu semalam. Harapan tinggi untuk mencapai penghematan biaya dan peningkatan pelayanan sangat tergantung pada seberapa baik sistem ERP yang dipilih dan dibangun. Apakah mereka sesuai dengan fungsi organisasi dan cocok dengan jenis bisnis, budaya IT, strategi, dan struktur organisasi.

DAFTAR PUSTAKA


Brown, C.V., D.W. DeHayes, J.A. Hoffer, E.W. Martin, and W.C. Perkins.2012. Managing         Information Tecnology. Sixth edition., Prentice-Hall, International Edition.








Tidak ada komentar:

 

SECRET !!!! Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea